Minggu, 30 Agustus 2015


      Diana H. Wall sebagai mantan presiden Ecological Society of America dan the American Institute of  Biological Sciences, serta berbagai peran nasional dan internasional lain, Diana Wall telah memberikan kontribusi yang besar terhadap sains dan kepentingan masyarakat. Ia juga menggolongkan dirinya sendiri sebagai seorang peneliti di bidang kajian siklus karbon dan proses - proses ekosistem lain, dengan berfokus pada cacing giling mungil yang disebut nematoda. Dr. Wal menyandang gelar B.A. dan Ph.D. dari university of  Kentucky. Ia pernah menjadi profesor di University of California, Reverside sebelum pindah ke Colorado State University, tempat ia menjadi profesor biologi dan saintis riset senior di Natural Resource Ecology Laboratory. Ia banyak melakukan penelitian lapangan di Antartika.

Bagaimana Anda Mulai Berkecimpung di Ekologi?
   Di sekolah pascasarjana, ketika saya mempelajari patologi tumbuhan, saya berfokus pada interaksi antara dua spesies nematoda dan akar tumbuhan yang diparasiti oleh cacing - cacing tersebut. Belakangan, sewaktu mengambil program psacadoktoral di UC Reveside, saya berpartisipasi dalam International Biological Program (IBP). Tugas saya adalah pergi ke gurun di AS bagian barat dan mecoba mencari tahu bagaimana nematoda tanah berkontribusi terhadap keseimbangan energi dalam ekosistem tersebut.

Mengapa para ahli ekologi tertarik pada nematoda? 
  Walaupun banyak yang tahu nematoda menjadi parasit yang berbahaya pada hewan ataupun tumbuhan, sebagian besar nematoda sebenarnya bermanfaat bagi kita, terutama yang hidup bebas di tanah. Sebagai bagian dari penelitian saya di gurun, saya terpikat pada nematoda tanah yang hidup bebas dan memakan fungi atau bakteri, terkadang hewan - hewan yang lebih kecil. Nematoda yang baik ini mempercepat pergantian materi organik dengan memakan mikroba tanah dan kemudian melepaskan senyawa - senyawa karbon dan nitrogen ke tanah. Berbagai percobaan telah menunjukkan bahwa tanah yang tidak dihuni oleh nematoda memiliki laju dekomposisi yang lebih lambat. Nematoda ada dimana - mana, di tanah, di aliran sungai, di sedimen laut, dan di dalam tubuh berbagai hewan dan tumbuhan. Para peneliti telah mengestimasi bahwa empat dari lima hewan di bumi adalah nematoda. Distribusi geografis dari spesies - spesies nematoda yang berbeda merupakan suatu yang sedang kami pelajari. Kami melakukan percobaan gradien lintang berskala global dengan mengambil sampel tanah pada lintang yang berbeda misalnya, dari Swedia hingga Afrika Selatan. Kami mendatangi tempat - tempat yang merupakan hotspot biodiversitas di atas tanah serta coldspot dan mencari - cari apa yang ada di bawah tanah. Kami mengklasifikasi nematoda untuk melihat seberapa banyak spesies yang ada di dalam tanah dan bagaimana distribusi spesies berbeda menurut garis lintang.

Bagaimana awalnya anda meneliti di Antarktika? Apa yang anda teliti di sana?
   Setelah IPB, saya melanjutkan penelitian di gurun-gurun panas. Gurun adalah sistem yang lebih sederhana daripada hutan, misalnya, sehingga lebih sesuai untuk menyelidiki faktor - faktor yang menentukan jejaring makanan yang berbeda di dalam tanah. Untuk mengungkapkan kontribusi organisem selain tumbuhan, kami membandingkan daerah yang ditumbuhi oleh tanaman dan yang tidak. Namun itu sulit dilakukan, karena akar tumbuhan seolah ada dimana-mana, di gurun sekalipun. Saya ingin menemukan sistem yang lebih sedernaha lagi, dengan lebih sedikit variabel ( tanah yang tidak ada akar tumbuhan). Saya menulis surat ke sorang kolega yang sedang berada di Antarktika, dan ia mengirimi saya sampel tanah untuk dianalisis. Tanah itu jelas tidak memiliki akar tumbuhan, namun mengandung mikroba.
  Namun ketika menelusuri literatur saintifik, saya membaca bahwa tanah di Dry Valleys, Antarktika, tempat asal sampel saya, bersifat steril, tanpa organisme sama sekali, bahkan prokariota sekali pun! Hanya di sungai yang melelh kita bisa menjumpai beberapa bentuk kehidupan. Para peneliti telah mencari-cari bakteri di tanah, namun hanya dengan cara mengkultur, dan tidak ada yang muncul. Ini dilakukan sebelum metode molekular dikembangkan untuk mengidentifikasi mikroorganisme dari DNA semata. 
  Kami berangkat pertama kali ke Antarktika pada 1989. Hanya 2% Antarktika yang sebenarnya tanah; sisanya adalah bebatuan dan es. Di daerah Dry Valleys tidak ada vegetasi yang tampak; ketika anda terbang di atasnya, daerah itu terlihat seperti planet Mars. Dukungan dana kami hanya cukup untuk satu musim kerja lapangan, jadi hanya 2 bulan untuk mencari tahu organisme apa yang hidup di tanah. Kami mengadaptasi metode gurun-panas untuk gurun-dingin ini, yang memiliki curah hujan kurang dai 3 cm per tahun. Seperti yang kami harapkan, kami segera melihat bahwa ada kehidupan yang melimpah di dalam tanah, sebanyak yang ada di Gurun Chihuahua, New Mexico. Tidak percaya bahwa orang lain telah melewatkan hal ini.
  Metode kami sederhana : kami mengambil segenggam tanah, sekitar 100g, mengaduknya dengan larutan gula, dan kemudian menyentrifuganya. Nematoda mengambang di dalam larutan itu, sementara partikel bebatuan mengendap. setelah membilas nematoda. kami menghitung dan menentukan spesies nematoda-nematoda tersebut. Saat keadaan kekeringan mereka mengerutkan tubuh panjangnya dan menggulung menjadi spiral, dan kehilangan 99% kandungan airnya. Ketika berukuran sekecil itu, nematoda dapat menyebar melalui angin. Jadi inilah mekanisme untuk menyebar sekaligus untuk sintas di lokasi tertentu.
  Nematoda ini berpartisipasi dalam rantai makanan yang sangat sederhana, hanya satu hingga tiga tingkatan. Misalnya, kita memiliki satu rantai makanan dengan hanya dua spesies nematoda: yang ada di dasar memakan bakteri dan yang ada di atasnya bisa memakan di pemakan bakteri. Rantai itu sungguh sederhana jika dibandingkan dengan ayng ditemukan di atas tanah.

Seperti apa rasanya melakukan penelitian ekologi?
  Asyik. Jika anda mempunyai gagasan, anda harus menyusunnya sebagai hipotesis, dan kemudian anda uji hipotesis itu di laboratorium atau di lapangan. Namun saat menguji hipotesis, anda mempelajari hal - hal yang baru, dan ada berbagai tantangan tidak terduga. Anda harus mencocokkan semua yang telah anda pelajari ke dalam satu gambaran besar. Tentu saja ada pula yang membuat frustasi. Mengumpulkan data bisa terasa tidak nyaman atau membosankan. Anda bisa saja menghabiskan banyak waktu di lapangan tanpa memperoleh banyak hasil atau malah gagal total. Namun hasil analisis data yang diperoleh dari kerja lapangan yang sukses bisa menjadi kontribusi yang memuaskan bagi pengetahuan kita tentang dunia.


Semoga Bermanfaat~

Sumber : Campbell edisi 8, jidil 3
                http://wp.natsci.colostate.edu/walllab/people/dr-diana-h-wall/

Rabu, 05 Agustus 2015

      Wow.. udah lama sejak terakhir posting. Ya akhir - akhir ini lagi fokus baca buku pengetahuan. Eh nggak sengaja ketemu hal - hal unik mengenai koloni semut. Nah lo... siapa coba yang nggak tau sama semut? pastinya semua kita sudah tau dengan semut. Coba berapa banyak jenis semut yang kalian tau?? rata - rata yang kita ketahui yaitu semut merah, dan semut hitam. Kalo semut merah suka menggigit, sedangkan semut hitam nggak. Ya ini pengetahuan yang kita dapat berdasarkan pengalaman, oke pada bahasan kali ini kita akan membahas tentang semut, langsung aja.

    Ternyata pengelihatan semut tidak terlalu baik lho.. Mereka beraktivitas terutama melalui komukasi kimiawi. Semut menggunakan petunjuk kimiawi yang tahan lama untuk mengetahui/ mendeteksi diri sendiri dan menandai sarang. Semut juga menggunakan banyak petunjuk kimia jangka pendek yang disebut feromon, yang disekresikan pada kondisi tertentu. Misalnya feromon peringatan tanda bahaya, yang membuat semut lari berkeliling jika kita ganggu. Selain zat kimia yang digunakan dalam komunikasi, beberapa semut menghasilkan antibiotik atau pertahanan kimiawi melawan pemangsa. Bahkan si semut menggunakan zat kimia untuk membunuh tanaman tertentu.

        Ada sekitar 10.000 sampai 12.000 spesies semut lho. Semuanya hidup berkoloni, masing - masing dengan satu atau beberapa betina yang bisa bereproduksi, yang disebut ratu.  Ratu bertelur, menggunakan sperma yang disimpan dari perkawinan sebelum ia menjadi ratu koloni. Anggota-anggota koloni yang lain ( semut yang kita lihat mondar - mandir ) adalah anak - anaknya, pekerja betina yang steril. Para pekerja ini melakukan semua pekerjaan, dan melakukannya tanpa arahan dari sang ratu. Semut - semut jantan, yang menetas dari telur yang tidak difertilisasi, dihasilkan hanya sekali  setahun. Semut jantan dewasa akan mati setelah kawin.
                               
                                                                               **

 Apasih yang dilakukan oleh semut pekerja??

Sebagian semut pekerja pergi berkelana mencari makan. Sebagian lagi berpatroli ( kayak polisi aja nih) artinya mereka pergi pagi - pagi sekali dan memutuskan ke mana para semut pencari makan itu harus pergi pada hari itu. Yang lain melakukan pekerjaan memelihara sarang, membangun kamar - kamar di bawah tanah dan kemudian mengangkut keluar pasir sisa. Yang lainnya lagi bekerja di tumpukan sampah. setiap kelompok semut yang berbeda melakukan salah satu tugas tersebut.

Nih siapa yang pernah kecium, atau memang sengaja cium bau semut. Nah kok bisa ada bau yang khas gitu ya??

Ternyata berdasarkan penelitian, panas matahari adalah penyebabnya. Setelah terkena suhu tinggi dan kelembapan rendah untuk waktu yang lama, semut akan menjadi bau. Bau semut menjadi berbeda akibat kerja yang dilakukannya. pada dasarnya semut menghasilkan bau yang sama, namun pekerjaannya yang membuat bau tersebut berbeda.

   Pasti pernah kita melihat semut sedang melakukan kontak antena dengan semut lainnya. Ternyata antena semut adalah organ semut untuk aktivitas kimiawi lho. Ketika bertemu dan saling menyentuhkan antena, mereka saling membauhi, mendeteksi zat - zat kimia di tubuh temannya. Namun hal ini bukanlah sebuah instruksi kepada temannya.

                                                                            **

  Seekor semut pekerja yang mencari makan , tidak akan pulang sampai menemukan sesuatu. Jika ia harus berkeliaran selama 45 menit, maka ia akan melakukannya. Ketika ada makanan di dekat sarang, semut perkerja yang mencari makan akan pulang dengan cepat. Semut yang pulang akan memberikan umpan balik positif ( sejenis kabar gembira gitu ). Semakin cepat semut pulang, semakin banyak pula semut yang keluar. 

   Apabila koloni semut sedang menyerbu rumah kita, sebaiknya jangan kita menggunakan pestisida. Karena pestisida dapat mencemari air tanah, namun tidak banyal pengaruhnya terhadap jumlah semut. Membilas jejak semut hanya berhasil sejenak, Hal yang harus kita lakukan adalah menyumbat jalan masuk semut. 



Semoga bermanfaat~